By: Marinus Yaung
Politik Referendum sedang mengicar Indonesia. Pemerintah telah menutup pintu dengan menghapuskan dasar konstitusional bagi berpijaknya politik Referendum di bumi nusantara pasca reformasi. Politik Referendum bagian dari proxy war pihak asing untuk membalkanisasi dan mensuriahkan Indonesia selama ini. Referendum Timor Leste merupakan pelajaran berharga bagi Indonesia untuk tdk mengulangi kesalahan yg sama. Tidak ada tempat buat politik Referenfum lagi, meskipun wacana isu politik ini terus muncul dari wilayah konflik seperti Aceh dan Papua. Yang terbaru adalah pernyataan politik Muzakir Manaf yang meminta Referendum bagi Aceh. Hati nurani saya sedikit terusik dengan sikap politik Muzakir Manaf atau Mualem yang tidak menghormati kesepakan damai Helsingki 2005 antara RI - GAM. Pernyataan Mualem meminta Referendum di depan publik dlm acara resmi nan " sakral " rakyat Aceh, telah menimbulkan kegaduhan politik dan semakin memanaskan politik nasional. Yang lebih mengagetkan lagi Ketua ULMWP Benny Wenda ikutan mendukung peryataan Mualem dan meminta Referendum juga untuk Papua.
Statemen politik Ketua ULMWP Benny Wenda yang seirama dengan statemen Mualem, mantan Panglima GAM dan sekarang ketua Partai Aceh, salah satu Partai Politik lokal di Aceh, bagian dari proxy war asing yang ingin terus merawat kegaduhan politik di Indonesia pasca Pemilu. Presiden Jokowi memang sumber masalah bagi kepentingan asing atau neo-kolonialisme asing di Indonesia. Pernyataan politik kedua tokoh anti Pemerintah Jakarta ini, menurut hemat saya dilatar belakangi oleh motif Politik yang sama tapi mungkin berbeda makna dan tujuannya. Saya hanya mau meminta klarifikasi Benny Wenda saja karena saya tidak mau Benny Wenda memakai topeng politik yang sama dengan Muzakir Manaf. Tapi dari pernyataan Benny Wenda sepertinya saya menarik kesimpulan dia dan Muzakir Manaf memakai topeng politik yg sama dan mempraktekan politik " muka dua " dalam melemparkan isu Referendum ke publik. Ucapan Benny Wenda "..Kalau Aceh minta Referendum, Papua juga minta Referendum.." Menurut hemat saya, Benny Wenda tdk perlu harus ikut - ikutan " bernyanyi dengan irama yang sama " yang dinyanyikan Mualem. Motif Mualem menyuarakan Referendum karena Prabowo - Sandi kalah dlm Pilpres. Mualem itu penasehat nasional BPN Prabowo - Sandi. Mualem takut Jokowi dan tidak bisa terimah putusan KPU. Karena kemenangan Jokowi - Maruf akan semakin mengancam posisi Mualem dan juga para mantan kombatan GAM yang punya hubungan bisnis dgn keluarga Prabowo dan Trah Soeharto atau Trah Cendana.
Saya tidak melihat Benny Wenda tercatat namanya dalam pengurus BPN Prabowo - Sandi. Benny Wenda bukan salah satu juru jampanye Prabowo - Sandi, sedangkan Muzakir Manaf salah satu jurkam Prabowo - Sandi yang berhasil melakukan negatif campaign dgn masif dan memenangkan suara 85 persen utk Prabowo - Sandi di Aceh. Karena Mualem tokoh GAM yang dihormati, semua berita hoax yang disebarkan dalam kampanye, diterimah sbg kebenaran oleh mayoritas rakyat Aceh. Benny Wenda kan tidak berkampanye untuk kemenangan Prabowo - Sandi di Papua, kenapa harus ikut membuat statemen yang sama dgn statemen Mualem yang tidak sportif dan tidak dewasa dlm berdemokrasi.
Semoga ketua ULMWP Benny Wenda dapat menarik kembali ucapannya atau mengoreksi pernyataannya yang mendukung pernyataan Muzakir Manaf. Kalau tidak maka eksistensi ULMWP akan dipertanyakan dan bisa memunculkan multitafsir terhadap posisi ULMWP di mata orang Papua dan komunitas Internasional. Atau mungkin benar juga kalau suatu asumsi yg sudah femiliar di komunitas Pasifik yang menyimpulkan bahwa akibat perkembangan situasi global, yang ditandai dengan konsep Indo - Pasifik yang mulai diterimah oleh komunitas Internasional, terutama dua negara dominan Amerika Serikat dan China / Thiongkok, isu Papua Merdeka yang " dijual " ULMWP sudah tidak menarik lagi. Kenapa tidak menarik ? dalam kopsep global Indo - Pasifik, negara Indonesia akan menjadi aktor global dominan dan menentukan pergaulan dan perdagangan antar negara - negara di kawasan Indo - Pasifik. Karena faktor Indonesia sbg aktor dominan maka peluang komunitas Internasional untuk mendukung isu Papua Merdeka yang diperjuangkan ULMWP semakin memudar dan Benny Wenda sendiri bersama kelompok pendukungnya semakin kehilangan simpatik. Negara - negara kawasan Indo - Pasifik sudah pasti akan menjaga hubungan baik dgn Indonesia demi kepentingan ekonomi dan perdangan mereka. Komunitas Indo - Pasifik tidak lagi tertarik dgn jualan isu Papua Merdeka oleh ULMWP.
Karena itu perlu ada pernyataan koreksi dari Benny Wenda ketua ULMWP terhadap pernyataan sebelumnya yang mendukung pernyataan Politik Muzakir Manaf tentang Referendum Aceh. Kalau tidak maka Benny Wenda telah menjerumuskan ULMWP ke dalam politik praktis yang hanya berjuang untuk isu - isu pragmatis, bukan lagi untuk isu - isu idealis berdasarkan ideologi Papua Merdeka. Politik Muka Dua itu tidak elok dan bermoral. Biarkan Muzakir Manaf memakai topeng politiknya sendiri, Benny Wenda tidak perlu ikut - ikutan memakai topeng politik yang sama. Terimakasih.
Mari bersama menikmati irama alam tanah Pasundan yang sejuk dan ademm sambil refreshing otak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar